Rabu, 21 September 2011

Model Pembelajaran Kooperatif Learning

a.       Pengertian
pembelajaran1 300x225 Model Pembelajaran Kooperatif LearningModel pembelajaran kooperatif learning merupakan suatu model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok setiap anggota saling kerjasama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif learning, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda (tinggi, sedang dan rendah) dan anggota kelompok memiliki latar belakang yang berbeda juga seperti: suku, ras, budaya, jenis kelamin, kemampuan maupun kesetaraan gender. Model pembelajaran kooperatif learning menekankan pada kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk memecahkan suatu permasalahan atau suatu tugas dalam pelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran secara bersama.
Davidson dan Kroll (dalam Nur Asma,2008:2), mendefinisikan bahwa pembelajaran kooperatif learning adalah kegiatan yang berlangsung dilingkungan belajar siswa dalam kelompok kecil yang saling berbagi ide- ide dan bekerja secara kolaboratif untuk memecahkan masalah- masalah yang ada dalam tugas mereka.
Pembelajaran kooperatif learning merupakan salah satu model pembelajaran yang terstruktur dan sistematis, dimana kelompok- kelompok kecil bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama.
Cooper dan Heinich (dalam Nur asma 2008:2) menjelaskan bahwa“pembelajaran kooperatif learning sebagai metode pembelajaran yang melibatkan kelompok- kelompok kecil yang heterogen dan siswa berkerjasama untuk mencapai tujuan-tujuan dan tugas-tugas akademik bersama, sambil bekerjasama belajar keterampilan-keterampilan kolaboratif dan social”. Anggota-anggota kelompok memiliki tanggung jawab dan saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama.
Menurut Nur Asma (2008:2), kooperatif learning adalah “suatu pendekatan yang mencakup kelompok kecil dari siswa yang bekerjasama sebagai suatu team untuk memecahkan masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau menyelesaikan suatu tujuan bersama”. Sedangkan slavin (dalam Nur Asma 2008:2), belajar kooperatif learning adalah suatu pembelajaran dimana dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama, saling menyumbang pemikiran dan tanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar secara individu maupun kelompok.
Pembelajaran kooperatif  learning adalah metode pembelajaran, yang menekankan pada proses kerjasama dalam suatu kelompok yang terdiri dari 4 atau 6 orang siswa untuk mempelajari suatu materi akademik yang spesifik sampai tuntas. Siswa didorong untuk bekerjasama secara maksimal sesuai dengan keadaan kelompoknya, Kerjasama ini dimaksudkan bahwa setiap anggota kelompok harus saling membantu, yang cepat harus membantu yang lemah karena penilaian akhir ditentukan oleh keberhasilan kelompok. Kegagalan Individu adalah kegagalan kelompok, dan sebaliknya keberhasilan individu adalah keberhasilan kelompok. Oleh karena itu setiap anggota kelompok harus memiliki tangguang jawab penuh terhadap kelompoknya (Sopriya dkk, 2007:111).
Menurut Thomson, et al (dalam Rabad Sihabuddin 2006:105)” pembelajaran kooperatif learning turut menambah unsur-unsur interaksi sosial. Di dalam pembelajaran kooperatif learning siswa belajar bersama dalam kelompok- kelompok kecil saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang tediri 4 sampai 6 orang siswa, dengan kemampuan heterogen, yaitu terdiri dari dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin dan suku. Pada pembelajaran kooperatif learning diajarkan keterampilan- keterampilan khusus agar dapat bekerjasama di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, memberikan penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik bagi yang mengerti, supaya tujuan pembelajaran tercapai. Pembelajaran kooperatif learning adalah sebuah pembelajaran yang mengutamakan pengembangan keterampilan kelompok yang berfungsi untuk melancarkan komunikasi dan pembagian tugas. Keterampilan yang dikembangkan dalam pembelajaran kooperatif learning diharapkan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat. Sedangkan menurut Sugianto, (2009:36), Pembelajaran kooperatif learning adalah pendekatan pembelajaran yang terfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Model pembelajaran kooperatif learning merupakan salah satu model pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran dengan suasana yang demokratis, yang saling membelajarkan, memberi kesempatan atau peluang lebih besar dalam memberdayakan potensi siswa secara maksimal. Pembelajaran kooperatif membantu siswa memahami konsep- konsep yang sulit, mengembangkan keterampilan sosial siswa, dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar (Http://Ipotes. WordPress.com/2008/05/11/ pembelajaran-koopereratif-tife-tgt).
Hamid Hasan (dalam Etin Solihatin daharjo,2005:4) menyatakan bahwa belajar kooperatif learning adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerjasama untuk memaksimalkan belajar mereka dan anggota lainnya dalam kelompok tersebut.  Dalam kegiatan kooperatif learning siswa secara individual mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompoknya dalam mencapai tujuan bersama. Sedangkan Stahl (dalam Etin Solihatin, 2005:4) mengatakan bahwa model pembelajaran kooperatif learning menempatkan siswa sebagai bagian dari suatu sistem kerjasama dalam mencapai suatu hasil yang optimal dalam belajar. Model pembelajaran ini berangkat dari asumsi mendasar dalam kehidupan masyarakat, yaitu” getting better  together” atau”raihlah yang lebih baik secara bersama- sama”.
Pembelajaran kooperatif learning merupakan salah satu model pengajaran, dimana siswa belajar dalam kelompok- kelompok kecil sehingga mereka saling membantu antara satu dengan yang lainnya dalam membahas suatu pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif learning semua anggota kelompok dituntut untuk memberikan pendapat atau ide- ide, dalam memecahkan masalah sehingga tercapai tujuan pembelajaran dengan adanya kerjasama diantara anggota kelompok. Pada dasarnya pembelajaran kooperatif learning adalah suatu sikap atau prilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh ketertiban dari setiap anggota kelompok itu sendiri (Etin Solihatin dan Raharjo 2005:4).
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat dipahami bahwa belajar kooperatif learning berdasarkan pada suatu ide bahwa siswa bekerjasama dalam belajar kelompok dan sekaligus masing- masing bertanggung jawab pada aktivitas belajar anggota kelompoknya, sehingga seluruh anggota kelompok dapat menguasai materi pelajaran dengan baik. Pembelajaran kooperatif learning menekankan kerjasama antara siswa dalam kelompok. Hal ini dilandasi oleh pemikiran bahwa siswa lebih mudah menemukan dan memahami suatu konsep jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya. Kegiatan kooperatif learning berlangsung di lingkungan belajar dalam kelompok- kelompok kecil yang saling berbagi ide-ide dan bekerjasama secara kolaboratif untuk memecahkan masalah- masalah dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan- tujuan dan tugas-tugas akademik bersama, sambil bekerjasama belajar keterampilan- ketarampilan kolaboratif dan sosial. Anggota- anggota kelompok memiliki tanggung jawab dan saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama.
Pada hakekatnya pembelajaran kooperatif learning adalah untuk melibatkan siswa dalam diskusi tentang pelajaran yang sedang berlangsung dan memecahkan permasalahan pembelajaran secara bersama- sama, sehingga mereka berpikir secara bebas, meningkatkan motivasi belajar siswa dan memberikan peluang kepada siswa untuk menerangkan, menjelaskan, atau mengulang pelajaran dalam berkomunikasi dengan temannya yang belum memahami pelajaran serta menghapus persaingan didalam kelas.
b.      Tujuan
Tujuan pembelajaran kooperatif menurut Nur Asma (2008:3) adalah:
1) Pencapaian hasil belajar, pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas- tugas akademik, dan membantu siswa memahami konsep- konsep yang sulit,(2)penerimaan terhadap perbedaan individu maksudnya penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, tingkat sosial, kemampuaan, maupun ketidakmampuannya serta member peluang kepada siswa yang  berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas- tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, serta belajar untuk menghargai satu sama lain, (3) pengembangan keterampilan sosial, tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi.

Model struktur pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Siswa dapat meningkatkan kinerja- kinerja siswa dalam tugas akademik, memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang untuk saling bergantung satu sama lain atas tugas- tugas bersama. Pada akhirnya pembelajaran kooperatif learning ini memberikan penghargaan untuk kelompok serta mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Sedangkan menurut Yatim Riyanto (2008:27)”menyatakan bahwa tujuan pembelajaran kooperatif adalah:(1) Individual: keberhasilan seseorang ditentukan oleh orang itu sendiri tidak dipengaruhi oleh orang lain, (2) Kompetitif: keberhasilan seseorang dicapai karena karena kegagalan orang lain (ada ketergantungan negatif), (3) Kooperatif: keberhasilan seseorang karena keberhasilan orang lain, orang tidak dapat mencapai keberhasilan dengan sendirian.
c.       Karakteristik
1)      Siswa bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi akademis
2)      Anggota- anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang berkemampuan rendah, sedang dan tinggi.
3)      Jika memungkinkan masing- masing anggota kelompok kooperatif berbeda suku, budaya dan jenis kelamin.
4)      Sistem penghargaan yang berorientasi kepada kelompok dari pada individu.(Http://putrimasyithah.blogspot.com/2010/01/ pendekatan-kooperatif-tipe-tgt.htm)
Pembelajaran kooperatif menekankan kepada kerjasama untuk menguasai pelajaran, dimana anggota- anggota kelompok memiliki kemampuan yang berbeda (rendah, sedang, dan tinggi) dan latar belakang berebeda, suku, budaya, dan jenis kelamin. Keberhasilan kelompok tergantung pada individu dari setiap anggota kelompok dan setiap anggota kelompok
d.      Prinsip
Beberapa prinsip pembelajaran kooperatif Menurut Nur Asma (2008:6-8) adalah:
1)      Belajar siswa aktif, proses pembelajaran   berpusat  pada siswa, aktivitas belajar lebih dominan dilakukan siswa, pengetahuan yang dibangun dan ditemukan adalah dengan belajar bersama-sama dengan anggota kelompok sampai masing-masing siswa memahami materi pelajaran dan mengakhiri dengan membuat laporan kelompok dan Individu.
2)      Belajar kerjasama, proses pembelajaran yang dilalui dengan kerjasama dalam kelompok untuk membangun pengetahuan yang tengah dipelajari. Seluruh siswa terlibat secara aktif dalam kelompok untuk melakukan diskusi, memecahkan masalah dan menguji secara bersama- sama, sehingga terbentuk pengetahuan baru dari hasil kerjasama mereka.
3)      Pembelajaran Partisipatorik, melalui model pembelajaran ini siswa belajar dengan melakukan sesuatu (learning by doing) secara bersama-sama untuk menemukan dan membangun pengetahuan yang menjadi tujuan pembelajaran.
4)      Reactive Teaching, Untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif ini guru perlu menciptakan strategi yang tepat agar seluruh siswa mempunyai motivasi belajar yang tinggi. Motivasi dapat dibangkitkan jika mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan menarik serta dapat meyakinkan siswanya akan manfaat pelajaran ini untuk masa depan mereka. Berikut ini adalah ciri-ciri guru yang kreatif: 1) menjadikan siswa sebagai pusat kegiatan belajar, 2) pembelajaran dari guru dimulai  dari hal-hal yang diketahui dan dipahami siswa, 3) selalu menciptakan suasana belajar yang menarik bagi siswanya , 4) mengetahui hal- hal yang membuat siswa menjadi bosan dan segera mengulanginya.
5)      Pembelajaran yang menyenangkan, pembelajaran harus berjalan dalam suasana yang menyenangkan, tidak ada lagi suasana yang menakutkan bagi siswa atau suasana belajar yang tertekan. Suasana belajar yang menyenangkan harus dimulai dari sikap dan perilaku guru diluar maupun didalam kelas. Guru harus memiliki sikap yang ramah dengan tutur bahasa yang menyayangi siswa- siswanya.
Sedangkan menurut Yatim Rianto ( 2008:270 ), Ada lima prinsip yang mendasari pembelajaran kooperatif, yaitu :
1.      Positive independence artinya saling ketergantungan positif yakni anggita kelompok menyadari pentingnya kerjasama dalam pencapaian tujuan.
2.      Face tuface interaction artinya antar anggota berinteraksi dengan saling berhadapan
3.      Individual accountability artinya setiap anggota kelompok harus belajar dan aktif memberikan kontribusi untuk mencapai keberhasilan kelompok
4.      Use of collaborative/social skiil artinya harus menggunakan keterampilan bekerjasama dan bersosialisasi. Agar siswa mampu berkolaborasi perlu adanya bimbingan guru.
5.      Group processing artinya siswa perlu menilai bagaimana mereka bekerja secara efektif.
Ciri-ciri pembelajaran kooperatif
1.      Kelompok di bentuk dengan siswa berkempuan tinggi, sedang, rendah.
2.      Siswa dalam kelompok sehidup semati
3.      Siswa melihat semua anggota mempunyai tujuan yang sama
4.      Membagi tugas dan tanggung jawab sama
5.      Akan di evaluasi untuk semua
6.      berbagi kepemimpinan dan ketermpilan untuk bekerja sama
7.      Diminta untuk mempertanggung jawab kan individual yang materi yang akan di tangani
Menurut sugianto Ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah
1.      Saling ketergantungan positif
Dalam pembelajaran kooperatif learning, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa saling membutukan. saling ketergantungan dapat di capai melalui: a) saling ketergantungan mencapai tujuan, b) saling keterntungan menyelesaikan tugas, c) saling ketrgantungan bahan atau sumber, d) saling ketergantungan peran, e) saling ketergantungan hadiah.
2.      Interaksi tatap muka
Interaksi tatap muka akn memaksa siswa saling tatapmuka dalam kelompok sehingga mereka dapat berdialog. Ini mencerminkan konsep pengajaran teman sebaya.
3.      Akun tabilitas individual
Pembelajaran kooperatif learning menampilkan wujudnya dalam pembelajaran kelompok. Penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual.


4.      Keterampilan menjalin hububngan antar individu
Keterampilan social seperi tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, menkritikan ide dan bukan mengkritik teman, berani mempertahan pikiran logis, tidan mendomonasi orang lain, mandiri dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antarpribadi (Intrpersonal relationship) tidak hanya di asumsikan tetapi secara sengaja di ajarkan.
Pembelajaran kooperatif learning berpusat pada siswa, pengetahuan yang dibangun adalah dengan belajar bersama-sama dengan anggota kelompok sampai masing- masing siswa memahami materi pelajaran. Seluruh siswa terlibat secara aktif dalam kelompok untuk melakukan diskusi memecahkan masalah, mengemukakan ide-ide masing-masing anggota kelompok dan mengujinya secara bersama-sama, sehingga terbentuk pengetahuan baru dari hasil kerjasama mereka. Dalam kegiatan kooperatif learning, siswa belajar dengan melakukan sesuatu secara bersama- sama untuk menemukan dan membangun pengetahuan yang menjadi tujuan pembelajaran. Selama proses pembelajaran berlangsung, guru perlu menciptakan strategi yang tepat agar seluruh siswa mempunyai motivasi belajar yang tinggi. Motivasi siswa dapat dibangkitkan jika guru mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Pembelajaran harus berjalan dalam suasana yang menyenangkan, tidak ada suasana yang menakutkan bagi siswa atau suasana belajar yang yang tertekan.
e.       Unsur-Unsur
Unsur-unsur pembelajaran kooperatif menurut Johnson dan Johnson (dalam Nur Asma 2008:8) Yaitu:
1) Saling ketergantungan positif, kegagalan dan keberhasilan kelompok merupakan tanggung jawab setiap anggota kelompok, 2) Tanggung jawab perorangan, setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk menguasai materi pelajaran, karena keberhasilan belajar kelompok ditentukan dari seberapa besar sumbangan hasil belajar secara perorangan, 3) tatap muka, interaksi yang terjadi melalui diskusi akan memberikan keuntungan bagi semua anggota kelompok karena memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan masing- masing anggota kelompok, 4) komunikasi antar anggota, karena dalam setiap tatap muka terjadi diskusi, maka keterampilan berkomunikasi antar anggota kelompok sangatlah penting, 5) Evaluasi proses kelompok, keberhasilan belajar dalam kelompok ditentukan oleh proses kerja kelompok.

Sedangkan Arends (dalam Nur Asma 2008:9)” berpendapat bahwa unsur- unsur pembelajaran kooperatif adalah:
1) Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama, (2) Siswa bertangguang jawab atas segala sesuatu didalam kelompoknya, (3) Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama, (4) siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara angggota kelompoknya, (5) Siswa dikenakan atau diberi hadiah (penghargaan) yang akan dikenakan untuk semua anggota kelompok, (6) Siswa  berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajar, (7) Siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang dipelajari dalam kelompoknya.

Menurut Lungdren (dalam http://Satya. Student. Fkip. Uns.ac. id/2010/01/05/model-kooperatif-TGT) unsur- unsur pembelajaran kooperatif adalah:
a) Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka” tenggelam dan berenang bersama”, b) Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya. Selain tanggung jawab terhadap dirinya sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapinya, c) Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semuanya memiliki tujuan yang sama, d) para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab diantara para anggota kelompok, e) siswa diberikan evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok, f) Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerjasama selama belajar, g) setiap siswa akan diminta mempertangungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Kegagalan dan keberhasilan kelompok merupakan tanggung jawab setiap anggota kelompok, interaksi yang terjadi melalui diskusi akan memberikan keuntungan bagi semua anggota kelompok karena memanfaatkan kelebihan mengisi kekurangan masing-masing  anggota kelompok. Di dalam kelompok siswa haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama yang memiliki tujuan bersama. Keberhasilan belajar dalam kelompok ditentukan oleh proses kerja kelompok. Siswa diberi penghargaan untuk semua anggota kelompok, dan mempertanggungjawabkan secara individual materi yang dipelajari dalam kelompoknya.


f.       Kelebihan
Pembelajaran kooperatif dapat menyebabkan unsur- unsur psikologis siswa menjadi teransang dan menjadi lebih aktif. Hal ini disebabkan oleh adanya kebersamaan dalam kelompok, sehingga mereka mudah dapat berkomunikasi dengan bahasa yang lebih sederhana. Pada saat berdiskusi fungsi ingatan dari siswa menjadi lebih aktif, lebih semangat, dan berani mengemukakan pendapat. Pembelajaran kooperatif juga dapat meningkatkan kerja sama, siswa lebih giat dan lebih termotivasi. Nur Asma (2008:21) menjelaskan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa mengaktifkan pengetahuan latar belakang dan belajar dari pengetahuan latar belakang  mereka, dan belajar dari pengetahuan latar teman sekelas mereka. Mereka dilibatkan secara aktif dalam meningkatkan perhatian.
Keuntungan yang paling besar dari penerapan pembelajaran kooperatif learning terlihat ketika siswa menerapkannya dalam menyelesaikan tugas-tugas yang kompleks. Keuntungan pembelajaran kooperatif learning ini juga dapat meningkatkan kecakapan individu maupun kelompok dalam memecahkan masalah, meningkatkan komitmen, dapat menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebayanya dan siswa yang berprestasi dalam pembelajaran kooperatif ternyata lebih mementingkan orang lain, tidak bersifat kompetitif, dan tidak memiliki rasa dendam Davidson (dalam Nur  Asma, 2008:211).
Slavin (dalam Nur Asma, 2008:21) menyatakan pembelajaran kooperatif dapat menimbulkan motivasi sosial siswa karena adanya tuntutan untuk menyelesaikan tugas. Sedangkan Stahl (dalam http:www.Scribd.com/doc/11540191/pembelajaran-kooperatif), kelebihan model pembelajaran kooperatif learning yaitu:
1)      Meningkatkan harga diri tiap individu
2)      Penerimaan terhadap perbedaan Individu yang lebih besar
3)      Konflik antar pribadi berkurang
4)      Sikap apatis berkurang
5)      Pemahaman lebih mendalam
6)      Daya ingat atau penyimpanan lebih lama
7)      Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
8)      Model pembelajaran kooperatif dapat mencegah keagresifan dalam sistem kompetensi dan keterasingan dalam system individu tanpa mengorbankan aspek kognitif.
9)      Meningkatkan kemajuan belajar
10)   Meningkatkan Kehadiran siswa dan sikap lebih positif
11)   Menambah motivasi dan percaya diri
12)   Menambah rasa senang berada di sekolah serta menyenangi teman- teman sekelasnya.
13)  Mudah ditetapkan dan tidak sulit.
Keuntungan penggunaan pembelajaran kooperatif learning diantaranya adalah :
1)      Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.
2)      Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan.
3)      Memudahkan siswa melakukan  penyesuaian sosial.
4)      Memungkinkan  terbentuknya dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen.
5)      Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois.
6)      Membengunkan persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa.
7)       Berbagai keterampilan sosial yang diperlukan  untuk meemlihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan.
8)      Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manisia.
9)      Miningkatkan kemempuan memendang masalah dan situasi dari berbagai perspektif.
10)   Meningkatkan kesediaan  menggunakan ide oarang lain yang dirasakan  lebih baik.
11)   Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama, dan orientasi tugas ( Sugiyanto, 2009:43-44).
Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat menyebabkan unsur- unsur psikologis siswa menjadi teransang dan menjadi lebih aktif. Dalam belajar siswa lebih aktif, lebih semangat, dan berani mengemukakan pendapat, dapat meningkatkan kecakapan individu maupun kelompok dalam memecahkan masalah serta menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebayanya, menambah motivasi dan percaya diri serta meningkatkan harga diri tiap individu.
g.      Kekurangan
Slavin (dalam Nur Asma 2008:22) menyatakan bahwa kekurangan dari pembelajaran kooperatif adalah konstribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang dan siswa yang memiliki prestasi tinggi akan mengerah kepada kekecewaaan, hal ini disebabkan oleh peran anggota kelompok yang pandai lebih dominan. Jhonson, dkk (dalam Nur Asma, 2008:22) menyatakan bahwa siswa yang berkemampuan tinggi merasakan kekecewaan ketika mereka habis membantu temannya yang berkemampuan rendah. Sedangkan Noornia (dalam Nur Asma 2008:22) menyatakan untuk menyelesaikan suatu materi pelajaran dengan pembelajaran kooperatif akan memakan waktu yang relatif lama dibandingkan dengan pembelajaran konvensional, bahwa dapat menyebabkan materi tidak dapat disesuaikan dengan kurikulum yang ada apabila guru belum berpengalaman. Dari segi keterampilan mengajar, guru membutuhkan persiapan yang matang dan pengalaman yang lama untuk dapat menerapkan belajar kooperatif yang lebih baik.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kekurangan pembelajaran kooperatif adalah siswa yang berkemampuan atau memiliki prestasi yang tinggi akan merasa kecewa karena harus membantu temannya yang berkemampuan rendah, dan siswa yang pandai lebih dominan. Pembelajaran kooperatif ini akan memakan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Penerapan pembelajaran kooperatif ini guru harus memiliki pengalaman dan kesiapan yang matang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar