Rabu, 21 September 2011

Masalah Pembelajaran dan masalah membaca dalam masyarakat

Tek. Pembelajaran (S2&S3)

RASIONAL PROGRAM
Program Studi Teknologi Pembelajaran (TEP) PPs Universitas Negeri Malang adalah lembaga ilmiah yang mengadaptasi, mengembangkan, dan membangun disiplin Teknologi Pembelajaran de­ngan memadukan landasan ilmiah (scientific), seni (art), dan pembaharuan sosial (social innovation) dalam memecahkan masalah pembelajaran dalam masyarakat, khususnya masyarakat Indonesia menuju masyarakat madani.
Program Studi Teknologi Pembelajaran dibuka dan dikembangkan di PPs Universitas Negeri Malang karena munculnya pemikiran dan kesadaran akan hal-hal berikut (1) belajar dan proses pembelajaran merupakan masalah kompleks yang pemecahannya memerlukan landasan filosofis yang kuat dan mantap, serta landasan ilmiah dan teknologis yang sahih; (2) pelaksanaan pembelajaran di sebagian besar lembaga pendidikan tinggi dirasakan masih memerlukan perbaikan dan penyempurnaan, baik ditinjau dari segi pengorganisasian, penyampaian, maupun pengelolaan pembelajaran; (3) tenaga-tenaga profesional dan ilmuwan yang mampu melaksanakan proses pembelajaran secara efektif dan efisien masih sangat terbatas jumlahnya.
Untuk mengatasi masalah-masalah di atas, perlu adanya suatu program yang secara khusus menyiapkan (1) tenaga profesional yang mampu mengembangkan sistem dan teknologi pembelajaran yang berdampak lebih efektif dan lebih efisien terhadap hasil belajar, (2) ilmuwan yang mampu melaksanakan penelitian dan pengembangan dalam bidang sistem pembelajaran, khususnya sistem pembelajaran yang sesuai dengan ciri-ciri budaya Indonesia.
VISI
Visi Program Studi TEP adalah menjadikan Prodi TEP unggul dan menjadi rujukan dalam pengembangan teori-teori dan model-model, serta paradigma pembelajaran yang berorientasi pengembangan potensi dan pemberdayaan kehidupan anak bangsa dengan membangun landasan teoretik dan konseptual yang sesuai dengan kondisi pendidikan/ pembelajaran Indonesia. 
MISI
Misi Program Studi TEP Program Pascasarjana adalah sebagai berikut sebagai berikut:
  1. Menyiapkan tenaga ahli (profesional) yang mampu mengembangkan teknologi pembelajaran yang menghasilkan pembelajaran bermutu dan mengembangkan sistem pendidikan, dan
  2. Menghasilkan ilmuwan teknologi pembelajaran yang mampu melakukan penelitian dan pengembangan sistem pembelajaran yang sesuai dengan kebudayaan Indonesia yang madani.
TUJUAN PROGRAM
Program Magister (S2)
Tujuan Program Magister Teknologi Pembelajaran adalah menghasilkan tenaga ahli, yang disebut teknolog pembelajaran, yang mempunyai kemampuan dalam menerapkan ilmu dan pengetahuan ilmiah untuk memperbaiki sistem pembelajaran dalam rangka memecahkan masalah-masalah belajar. Tekanan diberikan pada usaha mengembangkan, menerapkan, dan mengelola kegiatan belajar-mengajar dalam bidang keahliannya. Lulusan Program Magister Teknologi Pembelajaran diharapkan dapat bekerja sebagai tenaga pengajar dan tenaga akademik pada jenjang S1 dan jenjang pendidikan di bawahnya, sebagai pengelola pusat-pusat sumber belajar, sebagai tenaga ahli perancang, pengembang, pengelola, dan penilai proses dan sumber belajar serta pembelajaran untuk lembaga-lembaga pendidikan dan pelatihan, baik formal maupun informal.
Program Doktor (S3)
Tujuan Program Doktor Teknologi Pembelajaran adalah menghasilkan tenaga-tenaga pengembang dan peneliti bidang pembelajaran, yang disebut sebagai ilmuwan pembelajaran, yang mampu mengembangkan teori-teori dan konsep-konsep pembelajaran untuk memperbaiki kualitas pembelajaran dalam rangka memecahkan masalah-masalah belajar. Tekanan diberikan pada usaha meneliti dan mengembangkan teori-teori, model-model, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip pembelajaran yang sesuai dengan konteks karakteristik budaya Indonesia.
Lulusan Program Doktor Teknologi Pembelajaran diharapkan dapat bekerja sebagai tenaga pengajar dan tenaga akademik pada jenjang S3 dan jenjang pendidikan di bawahnya, sebagai pengelola atau konsultan pusat-pusat sumber belajar, sebagai tenaga ahli atau konsultan dalam kegiatan perancangan, pengembangan, penggunaan, penge­lolaan, penilaian, dan penelitian proses dan sumber belajar (bahan-bahan pembelajaran) untuk lembaga-lembaga pendidikan/pelatihan, dan sebagai tenaga peneliti serta pengembang bidang pengajaran di pusat-pusat penelitian dan/atau laboratorium pendidikan.
Oleh karena Program Doktor TEP merupakan kelanjutan dari Program Magister TEP, maka kompetensi Program Magister secara keseluruhan dan utuh harus dikuasai oleh lulusan Program Doktor, dengan penekanan pada:
  • Kemampuan dalam melakukan kajian dan analisis teori-teori dan konsep-konsep, serta temuan penelitian pada kelima domain, dan meramunya menjadi suatu teori/ konsep pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik budaya Indonesia.
  • Kemampuan dalam mengidentifikasi dan mengembangkan variabel-variabel pembelajaran serta keterkaitannya untuk keperluan pengembangan teori dan konsep pembelajaran.
  • Kemampuan dan mendesain, mengelola, dan melaksanakan penelitian untuk menguji teori dan konsep pembelajaran, baik yang dikembangkan sendiri maupun yang dikem­bangkan oleh peneliti dan pengembang pembelajaran lainnya.
Standar minimal yang harus dipenuhi oleh setiap lulusan adalah dikuasainya paling tidak 1 domain secara utuh dan komprehensif dalam arti secara “teoretik dan praktik” sesuai dengan minat mahasiswa, dan penguasaan empat domain lainnya tergantung pada kemampuan mahasiswa dan ketersediaan kesempatan selama waktu belajar tersedia. Standar penguasaan kemampuan diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu (1) peroleh­an dan pemahaman teori dan praktik tingkat personal, artinya pemahaman untuk diri sendiri, (2) penggunaan teori dan praktek, artinya mampu menggunakan teori/konsep untuk keperluan pembelajaran dan melatihkannya kepada orang lain, dan (3) pengembang­an dan penemuan teori dan praktik, artinya mampu mengembangkan teori/konsep yang telah ada untuk menghasilkan atau menemukan teori/konsep baru.
KOMPETENSI LULUSAN
  1. Domain Rancangan (Design): (a) Mampu merancang sistem pembelajaran (instructuinal system design baik pada tingkat mikro/kelas maupun dalam konteks pendidikan dan pelatihan); (b) Mampu merancang strategi pembelajaran (instructional strategies) untuk berbagai konteks belajar; (c) Mampu merancang pesan pembelajaran (message design); (d) Mampu mengidentifikasi karakteristik pebelajaran (leaner characteristics) berbagai jenjang dan konteks belajar
  2. Domain Pengembangan (Development)
    Mampu mengembangkan berbagai sumber belajar yang terkait dengan: (a) Teknologi cetak (print tecnologies) seperti: bahan ajar, modul, buku teks, dan lainnya; (b) Teknologi pandang-dengar (audiovisual technologies), seperti: Slide, Video, Trans­paransi, Radio, TV, Film dan lainnya; (c) Teknologi berbantuan komputer (Computer-based technologies), seperti: pengem­bangan bahan-bahan ajar yang digunakan dengan komputer; (d) Teknologi terpadu (integrated technologies), seperti pembelajaran yang menggunakan berbagai sumber belajar secara terpadu yang dikontrol oleh komputer.
  3. Domain Pemanfaatan (Utilization): (a) Mampu menggunakan berbagai sumber belajar (media utilization); (b) Mampu melakukan difusi inovasi, baik pada tingkat teori, konsep, model maupun sumber-sumber belajar yang telah dikembangkan (diffusion of innovation); (c) Mampu memanfaatkan dan melembagakan (implementation and institutionalization) berbagai sumber belajar; (d) Mampu mengembangkan kebijakan dan aturan-aturan tentang pemanfaatan berbagai sumber belajar (policies and regulations).
  4. Domain Pengelolaan (Management): (a) Mampu mengelola berbagai proyek pengembangan proses dan sumber-sumber untuk keperluan belajar (project management); (b) Mampu mengelola berbagai sumber belajar (resource management), baik yang human maupun non-human; (c) Mampu melakukan pengelolaan sistem penyampaian (delivery system management); (d) Mampu mengelola informasi (information management).
  5. Domain Evaluasi (Evaluation): (a) Mampu melakukan analisis masalah (problem analysis); (b) Mampu mengembangkan dan melakukan evaluasi acuan kriteria (Criterion-refe­renced evaluation); (c) Mampu melakukan evaluasi formatif (formative evaluation) terhadap berbagai sumber belajar ketika proses pengembangan; (d) Mampu melakukan evaluasi sumatif (summative evaluation) untuk menentukan keefektifan, efesiensi, dan kemenarikan berbagai sumber belajar.

Membaca merupakan satu topik yang sentiasa mendapat perhatian serius daripada semua peringkat masyarakat di nergara ini. Sungguhpun kita prihatin terhadap pelbagai isu dan masalah yang diutarakan tentang tajuk ini, namun sehingga hari ini belum nampak sebarang penyelesaian berkesan dilakukan terhadapnya. Mungkin kita tidak nampak isu dan masalah yang sebenar berkaitan dengan ilmu, pengajaran dan pembelajaran membaca? salah satu masalah yang kita akui sebagai yang paling serius ialah kurangnya minat dan tabiat membaca dan ini berlaku di kalangan semua lapisan masyarakat Malaysia. Kerajaan dan pelbagai pihak telah dan sedang berusaha untuk meningkatkan tabiat dan minat membaca. Perkara ini sentiasa dipandang serius oleh semua pihak kerana negara ini sedang menuju ke arah menjadi sebuah negara membangun yang rakyatnya mesti boleh dan dapat bertanding dalam semua aspek kehidupan dengan negara lain. 
Di sekolah rendah dan sekolah menengah membaca masih lagi menjadi perkara penting dalam proses pengajaran dan pembelajaran. Kelemahan membaca dipandang sebagai penghalang kepada usaha untuk menjadikan anak-anak kita sebagai pelajar berpengetahuan dan cemerlang dan masyarakat kita sebagai masyarakat yang berilmu dan maju. Kalau dilihat pada dasar pendidikan, kurikulum, dan silibus pengajaran membaca tidak ada cacatnya. Semua sudut tentang membaca telah diajar di sekolah-sekolah. Malangnya isu dan masalah yang sama dibangkitkan setiap tahun.
"Pelajar tidak suka membaca."
"Pelajar tidak berminat membaca."
"Pelajart tidak mahu membaca."
"Pelajar malas membaca."
Tetapi ramai yang tidak mahu mengakui hakikat yang sebenarnya bahawa setelah tamat pengajian SRP, SPM, STPM, Ijazah sarjana muda, ijazah sarjana, dan kedoktoran pelajar-pelajar di Malaysia masih tidak TAHU membaca. Sebenarnya banyak perkara yang menyumbang kepada masalah pembacaan tetapi yang dilaung-laungkan kerap berfokus kepada masalah minat dan tabiat membaca sahaja. Kita perlu tahu bahawa kebolehan dan kemahiran membaca tidak berteraskan kepada minat dan tabiat membaca sahaja. Untuk menjadikan seseorang itu berminat serta mempunyai tabiat membaca yang positif kita perlu pertimbangkan faktor-faktor lain yang berkaitan dengannya sama seriusnya dengan minat dan tabiat membaca mereka.
MEMECAH TRADISI PENGAJARAN MEMBACA

Setiap kali proses pengajaran membaca berlaku di dalam bilik darjah sama ada di sekolah rendah, menengah atau di intitusi pengajian tinggi ia perlu dipandang sebagai satu pengajaran ilmu yang baru yang dapat diterima oleh pelajar. Kita berusaha mengajar dengan gigih supaya pelajar dapat menerima apa yang diajar itu dengan penuh kesedaran, dengan sikap yang positif, dan dapat menggunakan hasil pengalaman pembacaan itu untuk tujuan yang sebenar. Malangnya ramai guru hari ini menitikberatkan elemen-elemen proses membaca yang tidak jelas dan tidak bermakna kepada pelajar. Ada guru yang memburukkan lagi proses pengajaran membaca dengan mendekatinya pula mekanikal. Ini kerap berlaku kerana ada banyak kekangan keadaan dan halangan yang berlaku proses mengajar membaca. Ilmu membaca perlu dititikberatkan bukannya proses membaca.
Kekangan dan halangan yang wujud itu kerap kali tidak mendapat perhatian guru kerana ramai yang tidak tahu yang ianya wujud. Proses pengajaran membaca di dalam bilik darjah adalah refleksi kepada amalan bagaimana buku harus dibaca di sekolah semasa guru mempelarainya di sekolah dahulu. Amalan pengajaran ini telah menyebabkan guru bertindak dengan mengajar secara teknikal tanpa berani membuat keputusan bagaimana hendak mengubahsuaikannya
Untuk mengelakkan guru daripada menjadi sebagai seorang juruteknik membaca, mereka harus boleh dan tahu mempelbagaikan kaedah pengajaran dengan membuat keputusan sendiri berpandukan kepada apa yang ada di hadapan mereka (pelajar, bahan, tujuan, kaedah dan diri mereka sendiri). Keupayaan berbuat demikian adalah satu langkah ke arah menjadi seorang guru membaca yang profesional. Guru membaca yang sebenar ialah mereka yang mendapat pendidikan dalam ilmu membaca dan ilmu pengajaran membaca (yang dimaksudkan di sini ialah semua guru dan tidak terhad kepada guru yang mengajar subjek bahasa sahaja).

Sebagai satu contoh ilmu membaca yang dimaksudkan ialah apabila kita membaca kita perlu tahu bahawa tujuan penulis menulis teks ialah untuk berkongsi maklumat dengan pembacanya dan pembaca pula akan membentuk semula isi teks supaya mereka dapat menerima dan memahami maklumatnya. Pada asasnya untuk mendapatkan maklumat daripada teks pembaca harus boleh mengcam, menggunakan dan mencantumkan petanda dan petunjuk yang disediakan oleh penulis dengan maklumat daripada pengalaman lalu tentang tajuk yang dibacanya, dan dengan pengetahuan tentang proses membaca. Pembaca juga harus boleh membuat inferens kepada makna yang dibuat oleh penulis.
Antara faktor utama yang boleh memungkinkan proses pembacaan itu menjadi satu aktiviti yang berjaya ialah pembaca harus mempunyai sikap yang positif. Kedua, pembacaan yang dilakukan itu perlulah berasaskan kepada kefahaman tentang konsep pemerosesan mental. Pemprosesan konsep ini boleh dilakukan oleh seorang pembaca yang cekap ketika dia berusaha membentuk makna; dan jika dilakukan dengan mahir dia boleh memahami keseluruhan teks yang dibacanya itu dengan berkesan (proses metakognisyen). Ketiga, guru perlu mempunyai pengetahuan dan kebolehan untuk melaksanakan pengajaran dan pembelajaran membaca yang sebenarnya.

Bila kita mengajar membaca sebenarnya kita mengajar bagaimana pelajar dapat membentuk sikap terhadap isi kandungan yang ditulis oleh penulis. Guru harus dapat menumpukan perhatian pembaca kepada bagaimana penulis meluahkan pengalaman, pengetahuan dan pendapatnya ke dalam bukunya. Penulis mempunyai perhubungan yang rapat dengan pembaca kerana kedua-dua mempunyai pandangan dan sikapyang sama pengalaman, pemprosesan maklumat, pembinaan isi kandungan, tujuan membaca kemahiran menulis dan membaca. Kesemua ini saling terikat dalam usaha membina pengalaman dan kemahiran yang berkesan dan berjaya dalam pembacaan. 

Pelajar perlu diberi motivasi melalui pengajaran yang terancang dan tersusun. Guru memotivasikan pelajar dengan memberikan tugasan yang berjaya dilaksanakan oleh pelajar secara mengintegrasikan apa yang hendak dipelajarinya itu dengan aktiviti yang sebenar. Kelemahan yang berlaku ialah semasa di sekolah rendah guru merancang pengajaran membaca berpandukan kepada pembacaan satu teks asas sepanjang tahun melalui kelas bahasa. Di situlah fokus pembelajaran membaca tanpa pelajar berpeluang meluaskan kemahiran kepada bentuk bahan bacaan yang bebeza.

Pelajar tidak akan dapat menguasai kemahiran membaca jika mereka mempunyai sikap negatif terhadap peroses pembelajaran dan bahan yang dibacanya itu. Sikap positif terhadap membaca banyak bergantung pada pelajar mempunyai kesedaran metakognitif tentang konsep seperti: a) "Apakah itu membaca?", dan b) tentang penyertaan mereka dalam aktiviti membaca. Untuk menimbulkan semua ini teknik utama ialah mewujudkan satu suasana keliling yang literat yang membolehkan pelajar membina konsep yang tepat dan perasaan yang selesa dalam aktiviti membaca dan menulis yang bermakna. Menyeru dan menyuruh pelajar membina sikap postif secara lisan akan menghasilkan kesan yang minima, yang pentingnya ialah penyertaan dalam aktiviti membaca yang sebenar dengan panduan dan tunjuk ajar yang berkesan.
Semua pelajar akan melalui proses peningkatan darjah, oleh itu fokus pengajaran juga harus turut berubah daripada satu konsep yang mudah kepada yang lebih sukar iaitu dari keseronokan membaca cerita beralih kepada konsep tentang fungsi membaca dan pelbagai reaksi yang mereka ketemui dalam sesuatu bahan bacaan (Lihat Rajah 5).
Matlamat membaca ialah untuk membolehkan palajar memahami mesej di dalam teks. Keupayaan untuk memahami kandungan di dalam teks bergantung pada pengalaman latar yang ada pada pelajar tentang tajuk yang dibaca, jenis bahan bacaan dan apa tujuan dia membacanya. Pada umumnya apabila kita mengajar membaca tumpuan kita ialah pelajar. Tujuan guru biasanya untuk membolehkan pembaca mengeluarkan isi kandungan teks yang dibacanya tetapi pengajaran begini tidak menjamin pelajar tahu bagaimana maklumat dapat diproses dalam situasi bacaan yang berbeza. Ini berlaku kerana guru kurang peka dan tidak memberi tumpuan kepada kemahiran-kemahiran kognitif bagaimana maklumat dapat diterbitkan dari teks. 
Semua Pusat Sumber Sekolah perlu menyediakan KLINIK MEMBACA. Cara pembacaan di ajar ia itu cara membaca yang berkesan dengan mengetahui kepentingan bahagian-bahagian buku.
MEMBANTU PELAJAR MENGGUNAKAN STRATEGI MEMAHAMI TEKS
Sesuatu proses kefahaman teks bacaan yang berkesan berfokus pada cara-cara dan penaakulan yang digunakan untuk mengeluarkan maklumat, dan bukannya pandangan pembaca terhadap isi kandungan teks. Tujuan perlakuan kefahaman ialah untuk membolehkan pembaca sedar tentang cara membaca dan penaakulan yang digunakan itu di bawah kawalannya sendiri. Kita mahu pelajar tahu bagaimana untuk menggunakan pengetahuan latar dan membuat telahan dan inferens semasa mereka membaca. Kita juga mahu pembaca boleh dan tahu memantau pembacaan mereka dan menggunakan strategi yang dapat memecah halangan terhadap pembinaan makna semasa mereka membaca. Kita juga mahu pembaca menyusun dan menilai hasil daripada apa yang telah mereka baca.
Peranan guru dalam pengajaran strategi ialah untuk mewujudkan satu suasana pengajaran yang menegaskan bahawa dalam pembacaan teks yang bersambungan penggunaan strategi membaca yang tepat adalah langkah yang penting. Guru dapat mengukuhkan proses kefahaman membaca seseorang pelajar itu dengan menunjukkan kepada mereka bagaimana strategi yang sama juga digunakan oleh penulis semasa mereka menulis teks. Pengajaran dalam proses kefahaman membaca bermula dengan kefahaman mendengar pada peringkat permulaan literasi dan meningkat sedikit demi sedikit kepada proses-proses yang lebih kompleks dan jenis bahan bacacan yang lebih tinggi.
PEMBACA HARI INI
Sikap dan kesedaran keperluan membaca di kalangan ramai pelajar kita di semua peringkat pengajian adalah terlalu rendah, mudah dan cetek. Pengetahuan dan kemahiran yang telah diperolehi, sungguhpun mereka telah berada di menara gading, hanya yang asas sahaja. Kebolehan membaca rata-rata terhad kepada bahan bukan ilmiah dan berbentuk naratif. Penguasaan dan kelancaran bahasa mereka tidak mendalam kerana ramai yang masih lagi tidak berupaya untuk berfungsi dalam bahasa akademik, bahasa sains dan bahasa teknologi. Kelemahan ini bertambah apabila pembaca mempunyai pengetahuan am yang terlalu sempit dan ini menyebabkan mereka tidak berupaya untuk berinteraksi dengan penulis. Semua ini disebabkan pelajar terlalu bergantung pada nota-nota guru dan buku ulangkaji dan mereka enggan membaca buku-buku ilmiah yang boleh didapati dalam jumlah yang besar di perpustakaan di seluruh negara.
GURU HARI INI
Tanggungjawab guru dalam proses pengajaran dan pembelajaran sememangnya berat kerana guru bukan sahaja bertanggungjawab memberi pengalaman kepada pelajar dalam bidang mata pelajaran yang diajar tetapi ia juga bertujuan membentuk pelajar menjadi seorang pelajar yang cemerlang. Kalau itu tidak mencukupi banyak lagi tugas dan tanggungjawab guru yang ditanggungnya di luar proses pengajaran. Tugas guru bukannya mudah kerana ada banyak perkara lain yang dianggap seseorang guru harus boleh lakukan sungguhpun guru itu tidak mendapat latihan khusus dalam bidang itu. (Lihat Rajah 6).
Tanggungjawab dalam bidang pengajaran dan pembelajaran membaca bukannya terhad pada seseorang guru sahaja. Untuk setiap mata pelajaran disediakkan buku teks. Ini bererti setiap guru mata pelajaran juga harus menjadi seorang guru bacaan. Kalau ditanya kepada guru, ramai akan mengatakan bahawa buku teks digunakan sebagai rujukan atau untuk memberi latihan kepada pelajar. Persoalannya ialah bilakah pelajar betul-betul berpeluang untuk diberi kemahiran membaca dalam erti kata membaca dengan penuh perhatian. Begitulah juga keadaannya di dalam kelas bahasa, membaca tidak begitu penting, yang penting ialah menjawab soalan kefahaman. 
Lalu kita akan bertanya - tanggungjawab siapakah untuk mengajar membaca. Latihan yang diterima oleh guru dalam bidang membaca terlalu minima dan ada guru yang tidak pernah menerima sebarang pendedahan tentang pengajaran membaca dan ilmu membaca terutamanya guru mata pelajaran. Kefahaman tentang ilmu membaca terlalu penting untuk diabaikan dalam proses pendidikan guru. Sekurang-kurangnya apabila seorang guru itu tamat pengajiannya dia telah pun menerima pendedahan dalam bidang ilmu membaca dan pengajaran membaca. Dengan ilmu yang ada mereka berupaya memberi penjelasan dan penerangan yang betul kepada soalan-soalan seperti ini:
 a. Apakah definisi membaca?
 b. Apakah faktor yang mempengaruhi membaca?
 c. Bagaimana proses membaca itu berlaku?
d. Apakah erti kefahaman dalam pembacaan dan perbezaannya dengan proses membaca?
e. Apakah kemahiran dan strategi yang perlu diajar bagi pelajar yang mempunyai latar belakang, kebolehan, pengetahuan, dan matlamat membaca yang berbeza?
PENGAJARAN MEMBACA HARI INI
Di mana dan bila harus dimulakan pengajaran membaca? Perlukah pengajaran membaca itu diasingkan dari pengajaran bahasa? Bagaimanakah dapat dibezakan pengajaran membaca dengan pembacaan bahan ilmiah? Ini adalah antara persoalan yang perlu diberi perhatian dalam pengajaran membaca. Kita percaya bahawa sistem pendidikan di sekolah rendah telah berjaya melengkapi pelajar dengan kemahiran mekanis membaca. 
Oleh itu di mana salahnya kita? Mungkin apabila pelajar meningkat ke sekolah menengah pengajaran membaca masih lagi tertumpu kepada kemahiran yang dipelajari di sekolah rendah. Apabila tiba pada satu tahap, sudah pasti kemahiran membaca yang lebih kompleks perlu diajar dan dipraktikkan kerana inilah caranya untuk membolehkan pelajar membaca dengan berkesan dan berjaya. Mereka tidak akan berasa takut untuk menghadapi buku-buku ilmiah yang lebih kompleks dan padat dengan maklumat.
RUMUSAN
Kalau guru tidak tahu dan tidak mahu membaca maka lebih ramai pelajar yang tidak mahu dan tidak tahu membaca. Pelajar tidak mahu membaca kerana membaca buku teks itu selalu dianggap susah. Mereka tidak mahu membaca kerana mereka tidak kenal buku, dan mereka juga tidak mahu membaca kerana penguasaan bahasa Melayu dan Inggeris mereka lemah (Lihat Rajah 7). Pelajar lebih mementingkan bacaan nota yang guru sediakan atau nota komersial. Kepada mereka, ini boleh menjamin kelulusan peperiksaan yang cemerlang dan inilah yang sangat digalakkan oleh guru, ibu dan bapa.
Pelajar di Malaysia rata-rata tidak diberi tunjuk ajar tentang kemahiran membaca pada tahap yang tinggi dan lebih kompleks dan berkesan untuk membaca buku-buku teks dan buku ilmiah iaitu menggunakan petunjuk, tanda-tanda, ciri-ciri dan sifat-sifat yang disediakan di dalam buku. Buku ulang kaji dan nota guru tidak mempunyai sifat-sifat dan bahagian seperti yang terdapat dalam buku teks dan buku ilmiah. Membaca buku ulang kaji dan nota guru tidak boleh digolongkan sebagai latihan kemahiran membaca buku kerana ia bukanya buku dalam erti kata sebenar. Buku teks dan buku ilmiah yang sempurna banyak memberi petujuk kepada pembaca untuk membaca secara kritikal.
Kita harus percaya sehingga hari ini ramai guru mempunyai pengetahuan yang samar-samar tentang membaca kerana sebilangan besarnya tidak pernah mengikuti kursus tentang ilmu membaca dan pengajaran membaca. Program pendidikan guru di peringkat diploma, sarjana muda tidak mewajibkan guru mengambil kursus-kursus dalam bidang ini. Yang dikesalkan di IPTA dan di maktab-maktab perguruan tidak ditawarkan bidang Pengkhususan Ilmu Membaca dan Pengajaran Membaca. Pelajar-pelajar program Diploma Pendidikan di maktab perguruan menerima pengetahuan asas tentang membaca melalui kursus bahasa Melayu atau bahasa Inggeris. Yang lebih serius ialah guru-guru yang pengkhususan mereka mata pelajaran sains, teknikal, perdagangan dan kejuruteraan tidak menerima sebarang pendedehan tentang ilmu membaca dan pengajaran membaca. Inilah situasi yang ada pada hari ini tentang Ilmu Membaca.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar